Beatrice! Bantu kakakmu mengangkat barang-barang ke dalam sekarang jug translation - Beatrice! Bantu kakakmu mengangkat barang-barang ke dalam sekarang jug English how to say

Beatrice! Bantu kakakmu mengangkat

Beatrice! Bantu kakakmu mengangkat barang-barang ke dalam sekarang juga!"

"But mom, aku sedang menggali lubang untuk si Felix. Nanti kalau tidak digalikan lubang, Felix akan menggigiti sepatu Forever 21 baruku!"

"Tidak ada tapi-tapian! Biar mom yang melakukan itu, cepat sana bantu kakakmu mengangkat barang-barang untuk tetangga sebelah!"

"Uh mom, tidak terima kasih banyak. Lebih baik aku bermain skateboard saja!"

Tak ada sahutan dari mom lagi. Ha, kurasa mom sudah menyerah dengan kelakukanku ini, rasakan saja. Uh ya, namaku Beatrice Dellano. Umurku, 71 tahun. Kidding, umurku 17 tahun, dan aku punya saudara perempuan, wajah kami benar-benar mirip, sehingga orang sulit membedakan kami. Namanya Bethanie Dellano. Namun sekarang, orang-orang dapat membedakan kami, yaitu dilihat dari penampilan kami berdua. Bethanie Dellano berpenampilan feminim, sedangkan aku berpenampilan cuek dan tomboy.

Okey, kembali ke diriku. Sekarang, aku tengah mengendap-endap keluar dari rumah sambil membawa skateboard kesayanganku. Kenapa mengendap-endap? Yeah, karena aku malas berurusan dengan tetangga baruku itu. Well, rumah sebelah tadinya memang kosong, tapi tadi pagi mom bilang akan ada pindahan baru. Dan ya, finally, rumah itu sudah diisi. Bethanie sangat senang, tetapi aku tidak. Soalnya, setiap ada tetangga baru, pasti mom menyuruhku untuk membantu mengangkat barang-barang pindahan mereka ke dalam rumah. Aku tahu itu perbuatan mulia, hanya saja barang pindahan tetangga baru semuanya berat-berat seperti mengangkat sebuah batu gurun.

Ketika aku hendak membuka pagar rumah, seorang lelaki memakai kacamata akan membuka pagar rumahku. Gayanya sok cool sekali, tapi kuakui ia memang cool. Lelaki itu menghampiriku, kemudian melepas kacamatanya. Tampan sekali.

Beatrice, apa yang kau pikirkan? gerutuku dalam hati.

"Apa kau yang namanya Beatrice Dellano?" Ya ampun, suara lelaki itu yang dingin dan serak sangat seksi! Ups, kendalikan diriku, Trice.

"Y-yeah, kau siapa?"

"I'm Zayn, Zayn Malik. Pindahan rumah sebelah, aku dan adikku, Thomas meminta bantuanmu untuk mengangkut barang-barangku. Maukah kau??" pinta lelaki itu yang bernama Zayn. Oh, Zayn namanya. Keren.

Seketika, aku langsung terkesiap mendengar kata mengangkut. Ugh, ini pasti ulah Bethanie! Aku tahu betul Bethanie yang menyuruh si Zayn ini meminta bantuanku. Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah mau membantu mengangkut barang-barang isi batu milik tetangga!

"Maaf, aku punya urusan yang lebih penting ketimbang mengangkut barang-barang batumu itu. So, kau bisa menyuruh orang lain untuk membantumu, bye," ucapku agak ketus sambil menurunkan skateboard kesayanganku.

Tiba-tiba, tangan Zayn mencekal tanganku dan menarikku, sehingga tubuhku menabrak tubuhnya. Jarak kami sangat dekat, sehingga aku sulit bernapas. Zayn tersenyum miring dan mendekatkan bibirnya ke telingaku. "Kau harus turuti permintaanku, Trice. Atau aku akan membalasmu dengan caraku."

Dengan cepat, aku sedikit menjauh darinya. "Enak saja, kau pikir kau siapa sudah seenaknya menuruti permintaanmu. Lancang sekali," ucapku kesal sambil berancang-ancang untuk pergi.

"Hei, aku memperingatkanmu sayang. Kau akan tahu nanti." Setelah itu, Zayn pergi meninggalkanku. Hm, sepertinya perkataannya tadi ada yang mengganjal. Tapi apa ya? Oh ya! Zayn memanggilku sayang. Apa-apaan maksudnya itu? Dasar lelaki aneh. Daripada terus mengurusi lelaki aneh bin dingin itu, aku pergi saja.

Sedang asyik-asyiknya bermain skateboard di taman, di depanku seperti ada sebuah ranting besar, dengan cepat aku melompat dan membiarkan skateboardku menabrak ranting sialan itu. Hah, penjaga taman sialan, seharusnya ia lebih teliti dalam bekerja, kalau aku yang punya taman ini, aku segera memecat penjaga taman sialan itu. Menghela nafas, aku mengambil skateboardku dan menenteng di tanganku malas-malasan. Argh, akan kemana aku sekarang? Aku jadi tidak mood jalan karena ranting sialan itu. Oh ayolah Beatrice, itu hanya sebuah ranting, kenapa kau anggap serius?

Setelah berpikir beberapa saat, aku memutuskan untuk pergi ke kedai es krim favoritku yang tidak jauh dari taman ini. Sesampainya disana, aku memesan es krim yang biasa aku pesan, vanilla. Lalu kumakan sampai habis, setelah habis, aku kembali ke rumah. Tumben-tumbennya aku keluar sebentar, biasanya agak lama. Ugh, sepertinya ini gara-gara si Malik jambul itu. Di rumah, aku hanya bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil makan marsmallow milik Bethanie. Hey, jangan bilang-bilang ya hihi.

"Huaaa... Bosan sekali disini! Apa yang harus kulakukan??" sungutku, melempar bantal sofa ke arah pintu.

"Ouch!" rintih seseorang. Ups, sepertinya bantal itu nyasar ke orang lain.

Dengan cepat, aku menengok ke belakang dan mendapati Zayn tengah mengusap-usap kepalanya. Memangnya, lemparanku sesakit apa sih? Perasaan aku lempar tidak terlalu kencang, deh. Hm, mungkin Zayn nya saja yang sensitif. Btw, dia ngapain ya kesini?! "Zayn! Apa yang kau lakukan lagi disini? Pergi sana hush!"

"Bukan urusanmu, bawel."

Aku melotot tidak suka. "Apa katamu?"

"Bawel." Zayn menjawab dengan enteng.

"Grr... Dasar jambul ayam! Mommy, ada ayam masuk ke rumah, mau di bunuh atau di apakan?"

"Hei, jaga ucapanmu itu. Aku kesini ingin mengembalikan tang milik ibumu. Jangan berprasangka dulu makanya," ucapnya sambil berjalan melewatiku.

Aku menarik bajunya agak kencang. "Eits, mau kemana kau? Kakimu tidak boleh menginjak lantai rumahku yang bersih ini, karena kakimu sangat bau." Zayn menatapku tajam. "Berisik sekali kau! Diam, aku hanya mau mengembalikan ini saja. Mana ibumu?"

"Ibuku sedang di rumah tetangga yang lain. Mendingan simpan saja untuk mencukur rambutmu yang seperti jambul ayam itu," ledekku sambil berlari menuju lantai atas.

"Apa kau bilang? Rambutku seperti jambul ayam?! Justru rambut seperti ini sedang model dimana-mana."

"Oh yeah? Karena aku tidak sedikitpun peduli, Zayn, mau rambutmu botak atau seperti apapun juga aku tidak peduli. Sekarang, pergi sana hush!!" Aku mendorong dengan keras punggung Zayn yang dibalut kemeja tipis.

"Awas kau, Beatrice Dellano. Akan kubalas semua perbuatanmu terhadapku," ancam Zayn sambil mengangkat jari tengahnya.

"Ohh aku takut sekali! Sebaiknya aku segera bersiap-siap!" seruku keras agar Zayn muak.

Setelah itu, Zayn tidak menyahut lagi. Haha, rasakan itu jambul ayam. Huft, daripada melihati Zayn terus-menerus, sebaiknya aku ke kamarku saja. Oh ya, aku penasaran, siapa ya yang menempati kamar sebrangku? Semoga saja bukan Zayn jambul itu. Dengan cepat, aku menyingkap gorden jendelaku untuk melihat pemilik kamar. Kamarku dengan kamar rumah sebelah memang cukup dekat, mungkin jika kalian melompat saja sudah sampai disana. Oke, tapi itu jika kalian mau.

Aku menyipitkan mataku untuk melihat pemilik kamar. Dan ternyata, disana ada Zayn yang sedang bertelanjang dada. Oh my god, badannya bagus sekali. Dia gym dimana ya? Stupid Beatrice! Tutup gordenmu bodoh, nanti Zayn akan meledek yang tidak-tidak! Aku menutup gordenku cepat dan kurasakan jantungku berdetak sangat cepat. Apa yang barusan kulihat tadi? Zayn shirtless?! Tidak-tidak, pasti tadi bukan Zayn, pasti tadi adiknya, Thomas. Tapi... tadi benar Zayn kok, dia punya tato di lengannya atau dimananya aku tidak peduli dan masa bodo pokoknya Zayn punya tato bertuliskan ZAP. Cukup dengan tato, sekarang berbicara tentang Zayn.

Omong-omong, Zayn sixpack juga hehe. Hei Beatrice Dellano baru saja memuji tubuh seorang cowok apalagi cowok itu adalah si Zayn Malik alias si jambul ayam! Kurasa, otakku terbentur aspal ya jadi aku bicara ngelantur seperti ini. Aku menggeleng-gelengkan kepala dan mencoba mengintip sedikit lagi, memastikan Zayn masih disana atau tidak. Huft, untung saja tidak ada.

"Mencariku, Dellano?"

Sontak, aku langsung berbalik badan dan mendapati Zayn yang sedang tersenyum miring. B-bagaimana bisa dia masuk ke dalam kamarku? Bukankah dia ada di sebrang sana? Jangan-jangan... Zayn itu...

"Aku tidak seperti yang kau pikirkan, Bee. Aku bukan hantu atau sesuatu yang aneh, aku bisa kesini dengan cepat karena aku melompat lewat jendelamu yang sebelah lagi. Well, jendelamu ada dua kan?" ucap Zayn enteng. Apa? Jadi Zayn melompat...

"Tapi... Kok cepat sekali? Padahal aku baru melamun beberapa detik dan kau sudah di kamarku saja!" kataku tak percaya.

Zayn terkekeh. "Kau menghabiskan 3 menit untuk melamun, sedangkan aku hanya melompat 1 menit saja. Jadi, sekarang siapa yang lelet otaknya?" ledek Zayn.

"Huh, kau selalu menang. Tapi belum menang sepenuhnya, kita satu sama. Skornya sampai 5, jika yang menang duluan dia bisa meminta apa saja yang dia mau," tantangku. Oke, aku merasa kesal pada Zayn.

"Kau menantangku, hm? Okey, aku tidak takut, permainan ini akan dimulai hari ini, jam ini, menit ini, dan detik ini!" Zayn berjalan mendekatiku, sampai tubuh kami sangat dekat. Jaraknya mungkin hanya 3 cm. Omg, kenapa aku deg-degan ya? Apa aku... tidak-tidak.

"Z-Zayn, sebaiknya kau p-pulang." Sial, kenapa aku jadi gagap seperti ini??!

"Kalau aku tidak mau?" tantang Zayn sambil mengangkat daguku. Aku memundurkan langkahku sehingga mentok sampai ke tembok, dan Zayn makin mendekatiku. "Well, aku ingin merasakan bibirmu dulu baru aku akan pergi."

"What? Zayn, please don't stole my first kiss," ucapku memohon.

Zayn menatapku mengejek. "Bibirmu masih perawan huh? Kau sudah 17 dan belum mendapat first kiss? Apa kau ketinggalan zaman? Sini, biar aku yang mencuri ciuman pertamamu."

"Apaan sih kau Zayn! Pulang saja sana!!" Aku mendorong dada bidang Zayn.

Tiba-tiba saja, Zayn tertawa terbahak-bahak. "Hahaha! Seharusnya kau bisa melihat bagaimana ekspresi wajahmu seperti apa waktu kupojokkan tadi. Sungguh menggemaskan! Hahaha!" Wait, menggemaskan? Apa aku tidak salah dengar?

"Zayn, kau bilang aku menggemaskan?" tanyaku padanya mencoba memastikan.

"Um-um, tidak. A-aku hanya... Sudahlah lupakan saja kejadian tadi," pipi Zayn bersemu merah. Tanpa basa-basi lagi, Zayn pun melompat ke dalam kamarnya lagi lewat jendela kamarku.

Aku mengangkat
0/5000
From: -
To: -
Results (English) 1: [Copy]
Copied!
Beatrice! Help your brother lift goods into right now! ""But mom, I'm digging the holes for the Felix. Later, if not digalikan the hole, Felix will Forever 21 shoes is my new menggigiti! ""No buts! Let mom do it, surely your help there quickly lifting stuff for next door neighbor! ""Uh mom, no thank you very much. Better I play skateboard alone! "No cry of mom again. HA, I guess mom have given up with this kelakukanku, feel alone. UH Yes, my name is Beatrice Dellano. Umurku, 71 years old. Kidding umurku, 17 years, and I have a sister, our faces are really similar, so it is difficult to distinguish us. The Name Bethanie Dellano. But now, people can distinguish us, that seen from the appearance of both of us. Bethanie Dellano look feminine, whereas I look to be Stoic and tomboy.Okey, back to me. Now, I'm the middle to sneak out of the House carrying skateboards kesayanganku. Why sneak? Yeah, because I'm lazy to deal with my new neighbors were. Well, the House next door was indeed empty, but this morning mom told me there will be a new transfer. And Yes, finally, the House was already filled. Bethanie was very happy, but I'm not. Because, any new neighbors there, sure mom told me to help lift their transfer items into the House. I know it's a noble deed, only goods moving new neighbors are all heavy-weight such as lifting a stone desert.Ketika aku hendak membuka pagar rumah, seorang lelaki memakai kacamata akan membuka pagar rumahku. Gayanya sok cool sekali, tapi kuakui ia memang cool. Lelaki itu menghampiriku, kemudian melepas kacamatanya. Tampan sekali.Beatrice, apa yang kau pikirkan? gerutuku dalam hati."Apa kau yang namanya Beatrice Dellano?" Ya ampun, suara lelaki itu yang dingin dan serak sangat seksi! Ups, kendalikan diriku, Trice."Y-yeah, kau siapa?""I'm Zayn, Zayn Malik. Pindahan rumah sebelah, aku dan adikku, Thomas meminta bantuanmu untuk mengangkut barang-barangku. Maukah kau??" pinta lelaki itu yang bernama Zayn. Oh, Zayn namanya. Keren.Seketika, aku langsung terkesiap mendengar kata mengangkut. Ugh, ini pasti ulah Bethanie! Aku tahu betul Bethanie yang menyuruh si Zayn ini meminta bantuanku. Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah mau membantu mengangkut barang-barang isi batu milik tetangga!"Maaf, aku punya urusan yang lebih penting ketimbang mengangkut barang-barang batumu itu. So, kau bisa menyuruh orang lain untuk membantumu, bye," ucapku agak ketus sambil menurunkan skateboard kesayanganku.Tiba-tiba, tangan Zayn mencekal tanganku dan menarikku, sehingga tubuhku menabrak tubuhnya. Jarak kami sangat dekat, sehingga aku sulit bernapas. Zayn tersenyum miring dan mendekatkan bibirnya ke telingaku. "Kau harus turuti permintaanku, Trice. Atau aku akan membalasmu dengan caraku."Dengan cepat, aku sedikit menjauh darinya. "Enak saja, kau pikir kau siapa sudah seenaknya menuruti permintaanmu. Lancang sekali," ucapku kesal sambil berancang-ancang untuk pergi."Hei, aku memperingatkanmu sayang. Kau akan tahu nanti." Setelah itu, Zayn pergi meninggalkanku. Hm, sepertinya perkataannya tadi ada yang mengganjal. Tapi apa ya? Oh ya! Zayn memanggilku sayang. Apa-apaan maksudnya itu? Dasar lelaki aneh. Daripada terus mengurusi lelaki aneh bin dingin itu, aku pergi saja.Sedang asyik-asyiknya bermain skateboard di taman, di depanku seperti ada sebuah ranting besar, dengan cepat aku melompat dan membiarkan skateboardku menabrak ranting sialan itu. Hah, penjaga taman sialan, seharusnya ia lebih teliti dalam bekerja, kalau aku yang punya taman ini, aku segera memecat penjaga taman sialan itu. Menghela nafas, aku mengambil skateboardku dan menenteng di tanganku malas-malasan. Argh, akan kemana aku sekarang? Aku jadi tidak mood jalan karena ranting sialan itu. Oh ayolah Beatrice, itu hanya sebuah ranting, kenapa kau anggap serius?Setelah berpikir beberapa saat, aku memutuskan untuk pergi ke kedai es krim favoritku yang tidak jauh dari taman ini. Sesampainya disana, aku memesan es krim yang biasa aku pesan, vanilla. Lalu kumakan sampai habis, setelah habis, aku kembali ke rumah. Tumben-tumbennya aku keluar sebentar, biasanya agak lama. Ugh, sepertinya ini gara-gara si Malik jambul itu. Di rumah, aku hanya bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil makan marsmallow milik Bethanie. Hey, jangan bilang-bilang ya hihi."Huaaa... Bosan sekali disini! Apa yang harus kulakukan??" sungutku, melempar bantal sofa ke arah pintu."Ouch!" rintih seseorang. Ups, sepertinya bantal itu nyasar ke orang lain.Dengan cepat, aku menengok ke belakang dan mendapati Zayn tengah mengusap-usap kepalanya. Memangnya, lemparanku sesakit apa sih? Perasaan aku lempar tidak terlalu kencang, deh. Hm, mungkin Zayn nya saja yang sensitif. Btw, dia ngapain ya kesini?! "Zayn! Apa yang kau lakukan lagi disini? Pergi sana hush!""Bukan urusanmu, bawel."Aku melotot tidak suka. "Apa katamu?""Bawel." Zayn menjawab dengan enteng."Grr... Dasar jambul ayam! Mommy, ada ayam masuk ke rumah, mau di bunuh atau di apakan?" "Hei, jaga ucapanmu itu. Aku kesini ingin mengembalikan tang milik ibumu. Jangan berprasangka dulu makanya," ucapnya sambil berjalan melewatiku.Aku menarik bajunya agak kencang. "Eits, mau kemana kau? Kakimu tidak boleh menginjak lantai rumahku yang bersih ini, karena kakimu sangat bau." Zayn menatapku tajam. "Berisik sekali kau! Diam, aku hanya mau mengembalikan ini saja. Mana ibumu?""Ibuku sedang di rumah tetangga yang lain. Mendingan simpan saja untuk mencukur rambutmu yang seperti jambul ayam itu," ledekku sambil berlari menuju lantai atas."Apa kau bilang? Rambutku seperti jambul ayam?! Justru rambut seperti ini sedang model dimana-mana.""Oh yeah? Karena aku tidak sedikitpun peduli, Zayn, mau rambutmu botak atau seperti apapun juga aku tidak peduli. Sekarang, pergi sana hush!!" Aku mendorong dengan keras punggung Zayn yang dibalut kemeja tipis."Awas kau, Beatrice Dellano. Akan kubalas semua perbuatanmu terhadapku," ancam Zayn sambil mengangkat jari tengahnya."Ohh aku takut sekali! Sebaiknya aku segera bersiap-siap!" seruku keras agar Zayn muak.Setelah itu, Zayn tidak menyahut lagi. Haha, rasakan itu jambul ayam. Huft, daripada melihati Zayn terus-menerus, sebaiknya aku ke kamarku saja. Oh ya, aku penasaran, siapa ya yang menempati kamar sebrangku? Semoga saja bukan Zayn jambul itu. Dengan cepat, aku menyingkap gorden jendelaku untuk melihat pemilik kamar. Kamarku dengan kamar rumah sebelah memang cukup dekat, mungkin jika kalian melompat saja sudah sampai disana. Oke, tapi itu jika kalian mau.Aku menyipitkan mataku untuk melihat pemilik kamar. Dan ternyata, disana ada Zayn yang sedang bertelanjang dada. Oh my god, badannya bagus sekali. Dia gym dimana ya? Stupid Beatrice! Tutup gordenmu bodoh, nanti Zayn akan meledek yang tidak-tidak! Aku menutup gordenku cepat dan kurasakan jantungku berdetak sangat cepat. Apa yang barusan kulihat tadi? Zayn shirtless?! Tidak-tidak, pasti tadi bukan Zayn, pasti tadi adiknya, Thomas. Tapi... tadi benar Zayn kok, dia punya tato di lengannya atau dimananya aku tidak peduli dan masa bodo pokoknya Zayn punya tato bertuliskan ZAP. Cukup dengan tato, sekarang berbicara tentang Zayn.Omong-omong, Zayn sixpack juga hehe. Hei Beatrice Dellano baru saja memuji tubuh seorang cowok apalagi cowok itu adalah si Zayn Malik alias si jambul ayam! Kurasa, otakku terbentur aspal ya jadi aku bicara ngelantur seperti ini. Aku menggeleng-gelengkan kepala dan mencoba mengintip sedikit lagi, memastikan Zayn masih disana atau tidak. Huft, untung saja tidak ada.
"Mencariku, Dellano?"

Sontak, aku langsung berbalik badan dan mendapati Zayn yang sedang tersenyum miring. B-bagaimana bisa dia masuk ke dalam kamarku? Bukankah dia ada di sebrang sana? Jangan-jangan... Zayn itu...

"Aku tidak seperti yang kau pikirkan, Bee. Aku bukan hantu atau sesuatu yang aneh, aku bisa kesini dengan cepat karena aku melompat lewat jendelamu yang sebelah lagi. Well, jendelamu ada dua kan?" ucap Zayn enteng. Apa? Jadi Zayn melompat...

"Tapi... Kok cepat sekali? Padahal aku baru melamun beberapa detik dan kau sudah di kamarku saja!" kataku tak percaya.

Zayn terkekeh. "Kau menghabiskan 3 menit untuk melamun, sedangkan aku hanya melompat 1 menit saja. Jadi, sekarang siapa yang lelet otaknya?" ledek Zayn.

"Huh, kau selalu menang. Tapi belum menang sepenuhnya, kita satu sama. Skornya sampai 5, jika yang menang duluan dia bisa meminta apa saja yang dia mau," tantangku. Oke, aku merasa kesal pada Zayn.

"Kau menantangku, hm? Okey, aku tidak takut, permainan ini akan dimulai hari ini, jam ini, menit ini, dan detik ini!" Zayn berjalan mendekatiku, sampai tubuh kami sangat dekat. Jaraknya mungkin hanya 3 cm. Omg, kenapa aku deg-degan ya? Apa aku... tidak-tidak.

"Z-Zayn, sebaiknya kau p-pulang." Sial, kenapa aku jadi gagap seperti ini??!

"Kalau aku tidak mau?" tantang Zayn sambil mengangkat daguku. Aku memundurkan langkahku sehingga mentok sampai ke tembok, dan Zayn makin mendekatiku. "Well, aku ingin merasakan bibirmu dulu baru aku akan pergi."

"What? Zayn, please don't stole my first kiss," ucapku memohon.

Zayn menatapku mengejek. "Bibirmu masih perawan huh? Kau sudah 17 dan belum mendapat first kiss? Apa kau ketinggalan zaman? Sini, biar aku yang mencuri ciuman pertamamu."

"Apaan sih kau Zayn! Pulang saja sana!!" Aku mendorong dada bidang Zayn.

Tiba-tiba saja, Zayn tertawa terbahak-bahak. "Hahaha! Seharusnya kau bisa melihat bagaimana ekspresi wajahmu seperti apa waktu kupojokkan tadi. Sungguh menggemaskan! Hahaha!" Wait, menggemaskan? Apa aku tidak salah dengar?

"Zayn, kau bilang aku menggemaskan?" tanyaku padanya mencoba memastikan.

"Um-um, tidak. A-aku hanya... Sudahlah lupakan saja kejadian tadi," pipi Zayn bersemu merah. Tanpa basa-basi lagi, Zayn pun melompat ke dalam kamarnya lagi lewat jendela kamarku.

Aku mengangkat
Being translated, please wait..
 
Other languages
The translation tool support: Afrikaans, Albanian, Amharic, Arabic, Armenian, Azerbaijani, Basque, Belarusian, Bengali, Bosnian, Bulgarian, Catalan, Cebuano, Chichewa, Chinese, Chinese Traditional, Corsican, Croatian, Czech, Danish, Detect language, Dutch, English, Esperanto, Estonian, Filipino, Finnish, French, Frisian, Galician, Georgian, German, Greek, Gujarati, Haitian Creole, Hausa, Hawaiian, Hebrew, Hindi, Hmong, Hungarian, Icelandic, Igbo, Indonesian, Irish, Italian, Japanese, Javanese, Kannada, Kazakh, Khmer, Kinyarwanda, Klingon, Korean, Kurdish (Kurmanji), Kyrgyz, Lao, Latin, Latvian, Lithuanian, Luxembourgish, Macedonian, Malagasy, Malay, Malayalam, Maltese, Maori, Marathi, Mongolian, Myanmar (Burmese), Nepali, Norwegian, Odia (Oriya), Pashto, Persian, Polish, Portuguese, Punjabi, Romanian, Russian, Samoan, Scots Gaelic, Serbian, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovak, Slovenian, Somali, Spanish, Sundanese, Swahili, Swedish, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turkish, Turkmen, Ukrainian, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnamese, Welsh, Xhosa, Yiddish, Yoruba, Zulu, Language translation.

Copyright ©2025 I Love Translation. All reserved.

E-mail: