Setiap hari mereka harus pergi ke p

Setiap hari mereka harus pergi ke pembangunan dan pabrik untuk bekerja. Setiap hari mereka harus menghadapi roda-roda mesin yang panas dan mengeluarkan asap ke wajah mereka. Setiap hari mereka harus mendengarkan suara-suara gemuruh dari roda-roda mesin itu. Di usia mereka yang masih kecil, seharusnya mereka mendengarkan lagu-lagu yang indah dan kicauan-kicauan burung, tapi pada masaa itu mereka hanya bisa mendengarkan suara gemuruh dari rida-roda yang terus berputar.
Kepedihan hidup yang mereka alami membuat mereka putus asa untuk terus menjalani hidup mereka. Mereka ingin mengeluh dan mengadu nasip kepada orang lain, tapi tak satupun orang yang mengerti keadaan mereka. Mereka ingin merasakan kebahagiaan seperti anak-anak yang lain, tapi para penguasa justru mennjerumuskan mereka ke dalam lembah penderitaan. Mereka ingin merasakan kebebasan, tapi tak satupun orang yang bisa melepaskan mereka dari tuntutan itu.
Mereka sangat lelah, tapi mereka tidak bisa menhilangkan kelelahan mereka karena tuntutan pekerjaan mereka sangat berat. Mereka ingin menyerah tapi tak ada jalan untuk keluar dari masalah itu. Hal ini membuat anak-anak meragukan keberadaan tuhan yang selama ini dianggap sebagai pemberi kasih sayang. Karena keadaan itu, mereka meragukan keagungan tuhan dan kasih sayang tuhan.

Results (English) 1:

Every day they had gone to developmental and Mills to work. Every day they must face the wheels of the engine heat and smoke into their faces. Every day they have to listen to the voices the roar of wheels of the machine. At the age they are still small, they should listen to songs that are beautiful and chirp-chirping birds, but on the masses that they can just listen to the sound of thundering from the wheels continue to rida spin.Pangs of life they experience makes them desperate to continue to live their lives. They want to complain and pitted nasip to others, but none people who understand their circumstances. They want to be happy like other children, but the rulers thus mennjerumuskan them into the Valley of suffering. They want to feel the freedom, but none could deliver them from the demands of it.They are very tired, but they can not menhilangkan their fatigue because of the demands of their jobs are very heavy. They wanted to give up but there's no way to get out of that problem. This makes children doubted the existence of God that is considered as the giver. Because of this situation, they doubt the greatness of God and the love of God.