Kendall terbangun dengan keringat yang mengalir deras. Ia mencoba meng translation - Kendall terbangun dengan keringat yang mengalir deras. Ia mencoba meng English how to say

Kendall terbangun dengan keringat y

Kendall terbangun dengan keringat yang mengalir deras. Ia mencoba mengatur nafasnya terlebih dahulu dan menatap sekelilingnya. Ia masih di kamar. Berarti, tadi hanya mimpi. Sosok Louis yang baik ternyata hanya mimpi. Sejujurnya, Kendall berharap mimpi itu menjadi kenyataan, Louis menjadi sosok yang baik dan perhatian. Namun, ia tahu itu hanya mimpi saja. Kendall menghela nafas, matanya melirik jam yang berada di dinding. Masih jam tiga pagi. Ia memutuskan untuk kembali tidur. Tapi, tidak bisa. Bayang-bayang Louis dan Eleanor berada di pikirannya.

Dengan begitu, Kendall mengambil iPhone yang terletak di nakas dan menyalakannya barangkali ada pesan yang masuk. Benar saja, ada satu pesan masuk. Kendall berharap itu pesan dari Louis, menanyakan kabarnya, dimana dia, dan Louis langsung mencarinya secepat mungkin. Tapi, harapan Kendall luntur, ternyata itu pesan dari operator.

Operator sialan, rutuknya dalam hati.

Kendall memutuskan untuk mengirim Louis pesan. Ia tahu Louis sedang tidur, tapi setidaknya ia menghubungi Louis.

To: Louis
Hei, Lou. Maaf aku meninggalkan rumah untuk waktu yang lama. Aku tahu kau tidak akan peduli. Ah ya, bagaimana kencanmu dengan Eleanor kemarin? Apa berjalan lancar? Kuharap ya. Oh ya, sekolah Cecile akan merayakan hari ayah. Demi menyambutnya, sekolahnya mengundang ayah mereka untuk datang. Dan Cecile memintamu untuk datang. Bisakah kau datang? Aku sangat berterima kasih sekali jika kau datang. Karena itu terakhir kalinya aku melihat wajahmu.

-Kendall Nicole Jenner

Kendall menitikkan air matanya. Ia berharap masalah ini cepat selesai dan semuanya akan berjalan dengan lancar. Semoga. Menghela nafas perlahan, ia meletakkannya kembali di nakas dan berusaha untuk tidur.

***

Cecile Odera Tomlinson POV

Aku menatap ayah temanku yang sedang berbincang dengan seorang guru laki-laki. Seketika, perasaan iri langsung timbul dari dalam diriku. Ya, aku iri karena ayahku tidak seperti ayah Kelly yang selalu mengantarnya setiap hari ke sekolah. Kalau aku? Huh, ayah saja selalu memarahiku. Ayah tidak sayang padaku. Ayah tidak sayang padaku. Ayah tidak sayang padaku!!!

Deland yang duduk di sebelahku, langsung menepuk pundakku. "Hei, kau kenapa Cecile? Apa ada masalah?"

"Tidak, aku tidak apa-apa."

"Oh, baiklah. Kalau ada masalah, ceritakan saja padaku."

"Terima kasih, Deland."

Deland tersenyum dan memalingkan mukanya ke arah lain. Oh ya, Deland adalah temanku yang ayahnyq juga seperti ayahku. Tapi, ayahnya lebih kejam lagi. Ayahnya menelantarkan Deland dan ibunya, ayahnya juga sedang menjadi buronan polisi di London karena kasus pembunuhan seorang anak kecil. Makanya, Deland selalu tampak iri jika temannya bertemu dengan ayah mereka. Deland juga terlihat pendiam dan jarang bergaul dengan siapapun, kecuali aku, karena aku sahabat dekatnya dari kelas enam.

Aku menatap ke jendela kelas yang cukup besar untuk melihat orang-orang bermain di lapangan. Banyak sekali yang bermain di lapangan. Uh, aku jadi ingin kesana, tapi tidak tahu harus bersama siapa. Deland sangat sulit untuk diajak bermain. Sedangkan teman-teman perempuanku sedang ke kantin. Dengan begitu, aku memutuskan untuk pergi ke lapangan dan duduk di sisi lapangan. Ketika aku sedang berjalan, seorang lelaki memakai sweater yang entah disengaja atau tidak, menendang bola ke arahku. Refleks, aku menunduk dan bola itu malah mengenai kepala anak kelas dua. Wops, sepertinya aku akan dapat masalah.

Kakak kelas itu tampak marah, ia menatapku dengan membunuh. "Hei bocah! Kau yang menendang bola ini, ya kan?!" bentak kakak kelas itu.

"T-tidak, aku tidak menendangnya. Tadi aku refleks menunduk karena ada bola datang ke arahku. Tapi aku tidak tahu jika di belakangku ada kau," jelasku cepat. Aku tidak ingin bermasalah dengan kakak kelas.

"Oh yeah? Aku melihatmu menendang bola itu kok! Jangan berbohong deh," sahut teman perempuannya yang memakai lipstick sangat tebal seperti badut, oh atau mungkin lebih dari itu.

"Lho? Setahuku kau itu hanya memakai lipstick badut itu. Mana mungkin kau melihat kejadian itu secara langsung?"

"Lancang sekali kau padaku!!" seru kakak kelas itu.

"Yeah, itu benar!" Teman-temannya bersorak.

Aku hanya menunduk tidak berani melawan, aku juga kalah jumlah.

Kakak kelas itu terkekeh. "Kenapa? Minta susu? Tidak ada susu disini! Minta belikan ayahmu saja yang tidak punya uang."

Seketika, aku mendongak ketika kakak kelas itu menyebut nama ayahku tidak punya uang. Lancang sekali kakak kelas ini! "Hei, tolong dijaga mulutmu! Ayahku bukannya tidak punya uang, dia hanya tidak peduli denganku!" Sahutku dengan mata berkaca-kaca.

"Hellow? Please deh, harusnya kau yang mulutnya dijaga! Ayahmu tidak peduli denganmu? Mungkin dia selingkuh atau apa, aku tidak tahu. Asal kau tahu ya, ayahmu itu memang miskin kok! Buktinya..."

"CECILE!"

Seketika, semuanya gelap.

***

Saat aku terbangun, kepalaku terasa sangat pening. Mungkin karena hal tadi. Sekarang, aku berada di ruang kesehatan sekolah. Aku pingsan tadi, tapi aku belum tahu siapa yang mengangkat tubuhku kesini. Mana mungkin kakak kelas perempuan tadi? Mereka saja mencemoohku. Suara langkah kaki seseorang membuatku menatap ke arah pintu. Gagang pintu berputar dan memunculkan sosok...

"Kau sudah bangun?"

Seorang laki-laki sekelasku yang kalau tidak salah namanya... William, dia membawa dua kaleng minuman. Aku pun mencoba duduk dan berhasil. William mendekatiku dan menyerahkan kaleng minuman yang satunya padaku.

Aku menatapnya bingung. "Ini untukku?"

"Ya, buat siapa lagi?"

"Terima kasih."

Aku membuka segel minuman itu dan meminumnya. Hh... Segar sekali...

"Will... Ngomong-ngomong, tadi kenapa aku bisa pingsan?" tanyaku sambil meletakkan kaleng minuman itu ke meja.

William mengacak-acak rambutnya bingung. "Um... tadi Moira, kakak kelas yang mengganggumu tadi, memukulmu dengan bola basket. Yaa jadi kau pingsan karena benturan dengan lantai sangat keras," jelasnya.

"Oh, begitu. Baiklah, aku mau ke kelas dulu."

William mencegatku. "T-tunggu, memang kepalamu sudah tidak pusing lagi?"

"Ya, kepalaku tidak pusing lagi kok." Ketika aku hendak berdiri, tubuhku oleng lagi, tapi sebuah tangan menahanku. William menahanku. Ya ampun, kami dekat sekali... Hehe, aku malu mengakui ini tapi William sangat tampan.

"Sudah kubilang, kau belum terlalu pulih, Cecile. Kau istirahat saja disini," sarannya sambil meletakkanku di kasur uks.

"Tapi habis ini pelajaran Mr. Elliot. Kau tahu kan dia itu bagaimana," kataku mencoba turun dari kasur. William menahanku lagi. Well, aku hanya bisa terdiam karena William terus menahanku. Percuma juga aku melawan, tenaganya kan kuat.

"Hei, aku lupa beritahu sesuatu. Hari ini ada rapat guru, jadi seluruh boleh pulang atau masih menetap di sekolah."

"Ya sudah aku ingin pulang saja, terima kasih Will," ucapku sambil tersenyum. Dan aku berhasil berdiri tanpa dibantu William.

William mencekal tanganku sehingga langkahku terhenti. "Aku akan mengantarmu."

Aku melongo. "Kau mengantarku? Tidak perlu. Aku bisa sendiri."

"Nanti kalau kau pingsan di jalan lagi? Memangnya ada yang menolong?"

"Um... Tidak. Lalu?" tanyaku polos.

"Tidak kan? Makanya aku akan mengantarmu. Mau ya???" tawar William sekali lagi, memasang puppy facenya. Ah sial, kelemahanku adalah puppy facenya..

Setelah berpikir beberapa saat, aku mengangguk. "Fine. Kalau kau merasa bosan di tengah-tengah perjalanan pulang, sebaiknya kau ke rumahmu saja tidak perlu mengantarku."

"Okey.
0/5000
From: -
To: -
Results (English) 1: [Copy]
Copied!
Kendall woke up with sweat gushing. He tried to arrange his breath first and stared at her. He was still in the room. Means, last only a dream. The figure of Louis the good turns out to be just a dream. To be honest, a Kendall hope that dream becomes a reality, Louis became a good figure and attention. However, he knew it was only a dream only. Kendall heaved a breath, his eyes glanced at the clock is on the wall. Still three hours in the morning. He decided to go back to sleep. But, can not. The shadow of Louis and Eleanor were on his mind.So, Kendall took iPhone located in nakas and perhaps turn it on there is a message that comes in. Sure enough, there is one incoming messages. Kendall hopes that message from Louis, asking where he was, reportedly, Louis and immediately looked it up as soon as possible. But, hopes fade, it turns out that Kendall message from the operator.Damn, operator rutuknya in the liver.Kendall decides to send Louis message. He knew Louis was asleep, but at least he contacted Louis.To: LouisHey, Lou. Sorry I left the House for a long time. I know you're not going to care. Ah yes, how kencanmu and Eleanor yesterday? What went well? I hope Yes. Oh yes, Cecile will celebrate father's day. In order to greet him, the school invited their father to come. And Cecile ask you to come. Can you come? I'm so grateful if you came. Because it's the last time I saw your face.-Kendall Nicole JennerKendall menitikkan air matanya. Ia berharap masalah ini cepat selesai dan semuanya akan berjalan dengan lancar. Semoga. Menghela nafas perlahan, ia meletakkannya kembali di nakas dan berusaha untuk tidur.***Cecile Odera Tomlinson POVAku menatap ayah temanku yang sedang berbincang dengan seorang guru laki-laki. Seketika, perasaan iri langsung timbul dari dalam diriku. Ya, aku iri karena ayahku tidak seperti ayah Kelly yang selalu mengantarnya setiap hari ke sekolah. Kalau aku? Huh, ayah saja selalu memarahiku. Ayah tidak sayang padaku. Ayah tidak sayang padaku. Ayah tidak sayang padaku!!!Deland yang duduk di sebelahku, langsung menepuk pundakku. "Hei, kau kenapa Cecile? Apa ada masalah?""Tidak, aku tidak apa-apa.""Oh, baiklah. Kalau ada masalah, ceritakan saja padaku.""Terima kasih, Deland."Deland tersenyum dan memalingkan mukanya ke arah lain. Oh ya, Deland adalah temanku yang ayahnyq juga seperti ayahku. Tapi, ayahnya lebih kejam lagi. Ayahnya menelantarkan Deland dan ibunya, ayahnya juga sedang menjadi buronan polisi di London karena kasus pembunuhan seorang anak kecil. Makanya, Deland selalu tampak iri jika temannya bertemu dengan ayah mereka. Deland juga terlihat pendiam dan jarang bergaul dengan siapapun, kecuali aku, karena aku sahabat dekatnya dari kelas enam.Aku menatap ke jendela kelas yang cukup besar untuk melihat orang-orang bermain di lapangan. Banyak sekali yang bermain di lapangan. Uh, aku jadi ingin kesana, tapi tidak tahu harus bersama siapa. Deland sangat sulit untuk diajak bermain. Sedangkan teman-teman perempuanku sedang ke kantin. Dengan begitu, aku memutuskan untuk pergi ke lapangan dan duduk di sisi lapangan. Ketika aku sedang berjalan, seorang lelaki memakai sweater yang entah disengaja atau tidak, menendang bola ke arahku. Refleks, aku menunduk dan bola itu malah mengenai kepala anak kelas dua. Wops, sepertinya aku akan dapat masalah.Kakak kelas itu tampak marah, ia menatapku dengan membunuh. "Hei bocah! Kau yang menendang bola ini, ya kan?!" bentak kakak kelas itu."T-tidak, aku tidak menendangnya. Tadi aku refleks menunduk karena ada bola datang ke arahku. Tapi aku tidak tahu jika di belakangku ada kau," jelasku cepat. Aku tidak ingin bermasalah dengan kakak kelas."Oh yeah? Aku melihatmu menendang bola itu kok! Jangan berbohong deh," sahut teman perempuannya yang memakai lipstick sangat tebal seperti badut, oh atau mungkin lebih dari itu."Lho? Setahuku kau itu hanya memakai lipstick badut itu. Mana mungkin kau melihat kejadian itu secara langsung?" "Lancang sekali kau padaku!!" seru kakak kelas itu."Yeah, itu benar!" Teman-temannya bersorak.Aku hanya menunduk tidak berani melawan, aku juga kalah jumlah.Kakak kelas itu terkekeh. "Kenapa? Minta susu? Tidak ada susu disini! Minta belikan ayahmu saja yang tidak punya uang."Seketika, aku mendongak ketika kakak kelas itu menyebut nama ayahku tidak punya uang. Lancang sekali kakak kelas ini! "Hei, tolong dijaga mulutmu! Ayahku bukannya tidak punya uang, dia hanya tidak peduli denganku!" Sahutku dengan mata berkaca-kaca."Hellow? Please deh, harusnya kau yang mulutnya dijaga! Ayahmu tidak peduli denganmu? Mungkin dia selingkuh atau apa, aku tidak tahu. Asal kau tahu ya, ayahmu itu memang miskin kok! Buktinya...""CECILE!"Seketika, semuanya gelap.***Saat aku terbangun, kepalaku terasa sangat pening. Mungkin karena hal tadi. Sekarang, aku berada di ruang kesehatan sekolah. Aku pingsan tadi, tapi aku belum tahu siapa yang mengangkat tubuhku kesini. Mana mungkin kakak kelas perempuan tadi? Mereka saja mencemoohku. Suara langkah kaki seseorang membuatku menatap ke arah pintu. Gagang pintu berputar dan memunculkan sosok..."Kau sudah bangun?"Seorang laki-laki sekelasku yang kalau tidak salah namanya... William, dia membawa dua kaleng minuman. Aku pun mencoba duduk dan berhasil. William mendekatiku dan menyerahkan kaleng minuman yang satunya padaku.Aku menatapnya bingung. "Ini untukku?""Ya, buat siapa lagi?""Terima kasih."Aku membuka segel minuman itu dan meminumnya. Hh... Segar sekali..."Will... Ngomong-ngomong, tadi kenapa aku bisa pingsan?" tanyaku sambil meletakkan kaleng minuman itu ke meja.William mengacak-acak rambutnya bingung. "Um... tadi Moira, kakak kelas yang mengganggumu tadi, memukulmu dengan bola basket. Yaa jadi kau pingsan karena benturan dengan lantai sangat keras," jelasnya."Oh, begitu. Baiklah, aku mau ke kelas dulu."William mencegatku. "T-tunggu, memang kepalamu sudah tidak pusing lagi?""Ya, kepalaku tidak pusing lagi kok." Ketika aku hendak berdiri, tubuhku oleng lagi, tapi sebuah tangan menahanku. William menahanku. Ya ampun, kami dekat sekali... Hehe, aku malu mengakui ini tapi William sangat tampan."Sudah kubilang, kau belum terlalu pulih, Cecile. Kau istirahat saja disini," sarannya sambil meletakkanku di kasur uks."Tapi habis ini pelajaran Mr. Elliot. Kau tahu kan dia itu bagaimana," kataku mencoba turun dari kasur. William menahanku lagi. Well, aku hanya bisa terdiam karena William terus menahanku. Percuma juga aku melawan, tenaganya kan kuat."Hei, aku lupa beritahu sesuatu. Hari ini ada rapat guru, jadi seluruh boleh pulang atau masih menetap di sekolah.""Ya sudah aku ingin pulang saja, terima kasih Will," ucapku sambil tersenyum. Dan aku berhasil berdiri tanpa dibantu William.William mencekal tanganku sehingga langkahku terhenti. "Aku akan mengantarmu."Aku melongo. "Kau mengantarku? Tidak perlu. Aku bisa sendiri.""Nanti kalau kau pingsan di jalan lagi? Memangnya ada yang menolong?""Um... Tidak. Lalu?" tanyaku polos."Tidak kan? Makanya aku akan mengantarmu. Mau ya???" tawar William sekali lagi, memasang puppy facenya. Ah sial, kelemahanku adalah puppy facenya..Setelah berpikir beberapa saat, aku mengangguk. "Fine. Kalau kau merasa bosan di tengah-tengah perjalanan pulang, sebaiknya kau ke rumahmu saja tidak perlu mengantarku.""Okey.
Being translated, please wait..
Results (English) 2:[Copy]
Copied!
Kendall woke up with sweat flowing. He tried to catch his breath first and looked around. He was still in the room. Means, was just a dream. Louis is a good figure turned out to be just a dream. To be honest, Kendall hopes that dream into reality, Louis became a good figure and attention. However, he knew it was only a dream. Kendall sighed, his eyes glanced at the clock on the wall. There are still three in the morning. He decided to go back to sleep. But can not. The shadows Louis and Eleanor were in his mind. By doing so, Kendall took the iPhone which is located on the bedside table and turn it perhaps no incoming messages. Sure enough, there is an incoming message. Kendall hope that the message of Louis, ask how she was, where she was, and Louis immediately look as soon as possible. But, Kendall hopes faded, it was a message from the operator. These damn, rutuknya heart. Kendall decided to send Louis a message. He knew Louis was sleeping, but at least he contacted Louis. To: Louis Hey, Lou. Sorry I left home for a long time. I know you will not care. Ah yes, how was your date with Eleanor yesterday? What went well? I hope yes. Oh yes, Cecile school will celebrate Father's Day. Demi greeted him, the school invited their father to come. And Cecile asked you to come. Can you come? I highly appreciate if you come. Because the last time I see your face. -Kendall Nicole Jenner Kendall tears in his eyes. He hopes this problem quickly completed and everything will go smoothly. Hopefully. Sighed softly, he put it back on the nightstand and tried to sleep. *** Cecile Odera Tomlinson POV I looked at my father who was talking with a male teacher. Instantly, envy directly arise from within me. Yes, I'm jealous because my father did not like Kelly's father who always drove him every day to school. If I? Huh, the father I always yell at me. Dad does not love me. Dad does not love me. Dad does not love me !!! Deland sitting next to, immediately patted my shoulder. "Hey, you know why Cecile? Is there a problem?" "No, I'm not anything." "Oh, all right. If there's a problem, just tell me." "Thank you, Deland." Deland smiled and turned his face to other. Oh yes, Deland is my friend who ayahnyq as well as my father. But, his father more cruelly. His father abandoned the Deland and his mother, his father also was a fugitive from the police in London as the case of the murder of a small child. Hence, Deland always seemed jealous when his father met with them. Deland also looks quiet and rarely get along with anyone, except me, because I was his best friend from sixth grade. I looked to the window class that is large enough to see people playing on the field. A lot of the play on the field. Uh, I so wanted to go there, but did not know with whom. Deland is very difficult to play with. While my girlfriends were to the cafeteria. By doing so, I decided to go to the field and sat on the side of the pitch. As I was walking, a man wearing a sweater that whether intentional or not, kick the ball to me. Reflex, I looked down and the ball was actually the head of the second-graders. Wops, it looks like I'll get in trouble. Brother class looked angry, he looked at me with murder. "Hey boy! You're kicking this ball, is not it ?!" seniors snapped it. "N-no, I did not kick him. Did I reflexively looked down because there is a ball to come to me. But I do not know if there behind you," I said quickly. I do not want trouble with the upperclassmen. "Oh yeah? I saw you kick the ball it too! Do not lie deh," said her friend who wears lipstick so thick like a clown, oh or maybe more than that. "Why? I understand you were just wearing The clown lipstick. How could you see it in person? " "How dare you to me !!" exclaimed brother that class. "Yeah, that's right!" His friends cheered. I just looked down do not dare to fight, I also outnumbered. brother that class chuckled. "Why? Ask the milk? No milk here! Ask traded father who does not have money." Instantly, I looked up when seniors was the name my father had no money. How dare these seniors! "Hey, please guarded mouth! My father is not no money, he just does not care about me!" I said with tears in her eyes. "Hellow? Please deh, whose mouth you should be guarded! Your father does not care about you? Maybe she cheated or anything, I do not know. Just so you know yes, it was a poor father too! The proof ..." "CECILE!" Instantly, everything was dark. *** When I woke up, my head felt very dizzy. Perhaps because of these things. Now, I was in the school nurse's office. I fainted, but I do not know who picked me up here. How can seniors the woman? They only mock. Footsteps someone staring me toward the door. The doorknob turned and gave rise to the figure ... "Are you awake?" A man in my class that I think it was his name ... William, he was carrying two cans of drinks. I was trying to sit up and managed. William came up to me and handed cans of drink only to me. I looked at him puzzled. "This is for me?" "Yes, for who else?" "Thank you." I opened it and drank beverages seal. Dd ... Fresh all ... "Will ... By the way, was why I could pass out?" I asked as I laid it canned drinks to the table. William ruffled his hair confused. "Um ... was Moira, seniors who bothers earlier, hit with basketball. Well so you fainted because of the collision with the floor very hard," he said. "Oh, I see. Well, I want to first class." William stopped me. "T-waiting, does your head is not dizzy anymore?" "Yes, my head is not dizzy anymore anyway." When I was about to stand up, my shaky again, but a hand held me back. William arrest. Geez, we were very close ... Hehe, I'm ashamed to admit this but William is very handsome. "I told you, you're not too recovered, Cecile. You just rest here," he advised while meletakkanku in uks mattress. "But this exhausted Mr lesson . Elliot. You know how he is, "I tried to get off of the mattress. William arrest me again. Well, I can only silent because William continued to arrest. Useless also I fight, the stronger power. "Hey, I forgot to tell you something. Today there is a meeting of teachers, so that all may go home or are settled in school." "Well I want to go home, thanks Will," I said with a smile , And I managed to stand unassisted William. William grabbed my hand so that I stop. "I'll take you." I stared. "Do you take me? No need. I can do it myself." "When you pass out on the road again? Did anyone help?" "Um ... No. Then?" I asked innocently. "No, right? So I'll take you. How ya ???" William bargaining once again, put facenya puppy. Ah shit, my weakness is facenya puppy .. After thinking for a moment, I nodded. "Fine. If you feel tired in the middle of the way home, to your house you should not have to drive me." "Okay.






































































































Being translated, please wait..
 
Other languages
The translation tool support: Afrikaans, Albanian, Amharic, Arabic, Armenian, Azerbaijani, Basque, Belarusian, Bengali, Bosnian, Bulgarian, Catalan, Cebuano, Chichewa, Chinese, Chinese Traditional, Corsican, Croatian, Czech, Danish, Detect language, Dutch, English, Esperanto, Estonian, Filipino, Finnish, French, Frisian, Galician, Georgian, German, Greek, Gujarati, Haitian Creole, Hausa, Hawaiian, Hebrew, Hindi, Hmong, Hungarian, Icelandic, Igbo, Indonesian, Irish, Italian, Japanese, Javanese, Kannada, Kazakh, Khmer, Kinyarwanda, Klingon, Korean, Kurdish (Kurmanji), Kyrgyz, Lao, Latin, Latvian, Lithuanian, Luxembourgish, Macedonian, Malagasy, Malay, Malayalam, Maltese, Maori, Marathi, Mongolian, Myanmar (Burmese), Nepali, Norwegian, Odia (Oriya), Pashto, Persian, Polish, Portuguese, Punjabi, Romanian, Russian, Samoan, Scots Gaelic, Serbian, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovak, Slovenian, Somali, Spanish, Sundanese, Swahili, Swedish, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turkish, Turkmen, Ukrainian, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnamese, Welsh, Xhosa, Yiddish, Yoruba, Zulu, Language translation.

Copyright ©2025 I Love Translation. All reserved.

E-mail: