PENGERTIAN PLURALISME AGAMA Berkaitan dengan usaha membangun pemahaman yang lebih komprehensif terhadap makna pluralism agama, penting untuk memahami tentang apa pengertian agama itu sendiri. Pemahaman terhadap pengertian agama ini akan menjadi sebuah rangkaian untuk membangun pengertian yang lebih utuh terhadap pluralism agama. walaupun kata agama telah dikenal dengan baik dan menjadi bagian yang lekat dengan kehidupan manusia, namun ternyata tidak mudah untuk membuat rumusan agama yang bias diterima seacra luas. Hal ini disebabkan karena agama selalu diterima dan dialami secara subjektif. Sebagai konsekuensinya, manusia sering kali mendenifisikan agama sesuai dengan pengalaman dan penghayatannya terhadap agama yang dianutnya. Rumusan semacam ini tentu subjektif dan tidak mudah untuk diterima oleh mereka yang menganut agama dan memiliki pengalaman yang berbeda.Implikasinya, definisi, pengertian, dan pemahaman agama sangat beragam, tergantung kepada siapa yang mendefinisikannya. Ada beberapa factor yang menjadi penyebab sulitnya membuat definisi agama, maka dengan munculnya kesulitan ini lahirlah beragam cara untuk memahami agama. salah satunya adalah dengan melacak terhadap asal-usul dan makna dasarnya. Secara etimologi, “agama” diambil dari istilah bahasa Sansekerta yang menunjuk kepada system kepercayaan dalam hinduisme dan buddhisme di india. Agama terdiri dari kata “a” yang berarti “tidak”, dan kata “gama” yang berarti “kacau”. Agama, dengan demikian , berrati aturan atau tatanan untuk mencegah kekacauan dalam kehidupan manusia. Adapun pengertian terminologis, Elizabeth K. Nottingham misalnya, berpendapat bahwa agana adalah gejala yang terdapat di mana-mana sehingg sedikit membantu usaha kita untuk membuat abstraksi ilmiah. Agama berkaitan dengan usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Pengertian berbeda dirumuskan Arnold Toynbe yang menyebutkan bahwa agama merupakan satu usaha untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mendesak, sebab ilmu dan filsafat tidak mampu memberikan jawaban secara tuntas.