Results (
English) 1:
[Copy]Copied!
Louis, stop! Jangan sakiti anak-anakmu seperti itu!" Aku berteriak sambil memeluk Louis yang hendak menampar Steven. Aku merasakan hembusan nafasnya yang kasar akibat mendapat pelukan dariku. Louis menghela nafas perlahan, kemudian menurunkan tangannya.Setelah dirasa Louis sudah tenang, aku melepas pelukannya dan menatap anakku satu per satu. Steven hendak menangis namun ia tahan. Tangannya sedikit memerah karena dicengkram kuat oleh Louis, ayahnya sendiri, dan suamiku sendiri. Steven menatap Louis dengan takut -ralat, sangat takut. Ah ya, konflik baru di keluargaku... Louis selalu melukai anak-anakku dan aku saat aku secara tidak sengaja merusak barang-barang kesayangannya. Sadis? Sangat, sehingga aku muak sekali dengannya. Sebenarnya bisa saja aku menggugat cerai, namun aku tahu Louis akan membayar mahal untuk menyogok pengacaranya agar membatalkan gugatan cerai dariku.Louis terlalu kejam padaku dan anak-anakku, bahkan salah satu dari mereka punya luka memar di jidat akibat Louis membenturkannya ke dinding. Dia sangat tidak suka dengan anak-anak kecil. Baginya, itu merepotkan. Lalu, kenapa dulu dia yang memohon-mohon meminta anak padaku? Tapi sekarang, lihatlah dia! Dia bagaikan seorang ayah yang sangat membenci anak-anaknya, atau tidak menggapnya ada. Hati Louis entah kenapa tiba-tiba berubah... Semenjak dia pulang kerja dari Texas bersama asistennya yang cantik, Eleanor Calder.Jujur saja, kadang aku merasa sangat cemburu jika Louis mempunyai asisten cantik seperti Eleanor, membuat aku merasa tersisihkan. Aku takut Louis akan berpindah hati kepada Eleanor. Oh, tapi itu justru sangat bagus karena aku dengan mudah bisa menggugat cerainya kan? Dengan begitu, aku dan anak-anakku bisa bebas tanpa kekangan yang didapat setiap hari."Kendall! Jangan sekali-kali kau mencegahku untuk menampar Steven atau Cecile! Aku tidak akan segan-segan untuk mengurungmu di kamar selama 1 minggu!" ancam Louis.PLAKLouis menamparku dengan keras. Sementara Steven memelukku dan berkata mommy berulang kali. Aku memegang pipiku yang memerah, mataku mengeluarkan air mata yang cukup banyak, mengenai rambut Steven. "Kendall, maafkan aku, aku refleks menamparmu." Ia memegang pipiku dan mengusapnya pelan.Aku menepis tangannya dari pipiku. "Refleks kau bilang? Kau sudah beberapa kali bilang refleks jika kau menamparku padahal kau sengaja melakukannya, Louis! Mana hati nuranimu? Mana Louis yang dulu?!" teriakku kencang."Kendall, kau membuatku yang terus menamparmu setiap saat, dan itu dikarenakan bocah ini. Asal kau tahu, aku mencintaimu, sayang. Sangat mencintaimu," kata Louis lemah. Bullshit, itulah yang berada di pikiranku saat ini."Ayah bohong. Jika ayah berkata jujur, ayah tidak mungkin menggigit bibir bawahnya," sangkal Cecile yang tiba-tiba sudah berada di sebelahku.Louis menatap Cecile dengan tajam. "Diam kamu! Kamu tidak tahu apa-apa bocah kecil," sahut Louis ketus. Cecile langsung terdiam dan bersembunyi di belakangku."Jangan kau berkata begitu pada anak-anakku! Kau boleh menyiksa dan berkata kasar padaku tapi jangan seperti itu pada anak-anakku!" sahutku marah.Louis tampak tidak terima dan membenturkan kepalaku ke dinding, menyebabkan suara dentuman yang cukup keras. Steven dan Cecile berteriak dan mendekatiku berusaha membantuku berdiri. Aku hanya bisa meringkuk mencoba menahan sakit di kepalaku. Sumpah demi apapun, ini sangat sakit. Louis sangat tega kepadaku."AYAH! Jangan sakiti mom seperti itu!" teriak Steven sambil menatap Louis marah.Louis menunjuk Steven dan Cecile dengan marah. "Diam kamu bocah kecil! Kamu tidak tahu apa-apa. Dan satu lagi, aku bukan AYAH mu! Camkan itu baik-baik!"Seketika, telingaku serasa tuli ketika Louis berbicara seperti itu. Louis sungguh keterlaluan. Ini sudah diluar batas, bisa-bisanya ia mengakatakan bahwa ia bukan ayahnya di depan anak-anakku. Aku mengelus-elus kepala Steven dan Cecile berusaha menenangkan mereka. Aku mencoba berdiri sekuat tenaga dan aku berhasil berdiri, meski masih goyah namun aku menahan."Tega-teganya kau berkata seperti itu Louis! Dia masih anakmu! Darah dagingmu... darahmu masih mengalir di dalam tubuhnya Louis. Dan kau tidak menganggapnya anakmu?! Lelaki macam apa kau ini?!" bentakku emosi."Apa kau bilang? Dia anakku? Apakah kau tak sadar jika bocah ini dan gadis itu bukan anakku? Mereka berdua dilahirkan oleh seorang ayah yang salah Kendall! Kau tidur dengan seorang lelaki, ya 'kan?" tuduh Louis yang membuat hatiku sangat sakit. Dia menuduhkan tidur dengan lelaki lain selain dirinya... bahkan bertemu seorang lelaki saja aku belum pernah selama ini."Jaga bicaramu brengsek! Sudah sangat jelas dia anakmu. Apa perlu kita tes DNA?" tantangku.Louis terkekeh. "Tanpa perlu tes DNA pun aku sudah tahu Kendall... Kau jangan berani menyembunyikan sesuatu dariku.""Kau tahu dari siapa omong kosong ini?! Apa dari asisten pelacurmu itu hah?!""Eleanor bukanlah pelacur! Kaulah yang pelacur Kendall! Tidur dengan orang lain selain suamimu. Pantas kan kau disebut pelacur?" Louis meninggikan suaranya, seakan-akan membela Eleanor daripada aku yang notabene istrinya sendiri.Aku hendak membalas perkataan Louis namun terhenti ketika mendengar suara ketukan pintu rumah. Louis menatapku sinis, kemudian melangkahkan kakinya hendak membuka pintu. Louis tampak senang ketika melihat sosok yang berada di depan pintu. Oh, aku tahu, pasti itu Eleanor. Louis mengajak Eleanor masuk tanpa memperdulikan aku yang sedang menatapnya benci. Aku mencoba bersabar dengan menyuruh anak-anak masuk ke kamar mereka. "Mom, kenapa ayah seperti itu?? Dia kasar sekali pada mom dan Steven," kata Cecile, membuka pintu kamarnya.Aku tersenyum. "Ayah sedang banyak pikiran, makanya dia sering emosi seperti itu. Mungkin beberapa hari emosinya akan stabil.""Tapi mom, siapa perempuan yang ayah ajak ke atas tadi? Apa itu pacar ayah yang baru?" tanya Steven, membuatku meringis."I-itu saudara ayah yang baru tiba dari Bradford, dia menyempatkan mampir kesini untuk menjenguk Louis," jawabku ragu."Kenapa dia selalu datang mom? Itu kan mengganggu jam kerja ayah. Mungkin dia selingkuhan ayah, kalaupun mereka bersaudara, kenapa mereka terus-terusan bermesraan?" tanya Steven polos. Sungguh, anak seumurannya sudah mengerti dengan hal seperti itu. Mungkin gara-gara aku dan Louis sering bertengkar di hadapan anak-anak, stupid Kendall! Kenapa kau membiarkan anak-anak menyaksikanmu bertengkar dengan Louis? Itu bisa berdampak buruk bagi anak-anak.Sentuhan tangan Cecile pada kulitku membuatku tersadar. Cecile tersenyum ke arahku sambil membawakan kertas yang tidak kutahu apa isinya. "Ini apa, sayang?" tanyaku sambil mengambil kertas yang dipegang Cecile.Cecile menunduk malu. "I-itu... bulan depan, ayah disuruh datang untuk merayakan hari ayah di sekolahku... aku juga ikut. Kalau mom dan Steven mau ikut, ikut saja... Biar aku tidak kesepian."Aku sedikit menangis mendengar perkataan yang keluar dari mulut Cecile. Bulan depan hari ayah... dan di sekolah Cecile mengadakan sebuah perayaan kecil demi menyambut hari ayah. Tapi, bagaimana Cecile akan datang bersama ayahnya kalau Louis saja seperti itu... Pasti Cecile akan sangat sedih jika Louis tidak datang. Ah, bagaimana pun juga, aku harus berusaha membujuk Louis agar datang ke sekolah Cecile bulan depan.
"Mom, ayah akan datang kan?" pinta Cecile dengan mata berkaca-kaca. "Tahun lalu ayah tidak datang, masa bulan depan tidak datang lagi mom? Aku iri dengan teman-temanku yang terlihat akrab dengan ayah mereka, bahkan mereka pergi bersama..."
Aku menghapus air mataku yang sedikit turun. "Ya, pasti ayah akan datang! Mom akan mengusahakannya."
"Thank you so much mom... Aku harap ayah datang kesana. Itu saja cukup..." kata Cecile sambil memelukku.
Mendengar kata-kata Cecile membuatku menangis. Sebut aku lemah, karena terus-terusan menangis. Tapi itu memang benar, karena aku sudah lelah dengan ini semua. Aku janji, setelah perayaan hari ayah tiba, aku akan menceraikan Louis, jujur aku sudah sangat lelah dengan perbuatan Louis padaku dan anak-anakku.
"Mom, jangan menangis. Masih ada kami yang siap untuk menjagamu," ucap Steven. Cecile mengangguk.
Ya tuhan, aku adalah wanita paling beruntung karena memiliki anak-anak seperti mereka. Jangan pisahkan aku dengan mereka kecuali kematian...
Being translated, please wait..
