Results (
English) 1:
[Copy]Copied!
Aku seharusnya tahu, bahwa aku tidak akan pernah bisa mendapatkan Beanie seperti kepunyaan adikku, Lily. Maka dari itu, pada malam hari, diam-diam, aku menyelinap ke dalam kamar Lily dan mengambil--lebih tepatnya mencuri-- Beanie milik Lily yang aku sukai.Setelah mencuri Beanie milik Lily, aku akan berkata 'tidak tahu' kepada orangtuaku jika Lily mengadu pada mereka. Dan itulah rutinitasku setiap kali Lily membeli Beanie baru yang limited edition dan sama sekali belum kupunya. Kumohon, jangan katakan pada orangtuaku bahwa aku mencuri Beanie adikku, oke? Oke."Amy, ayo cepat! Nanti, adikmu telat ke sekolah!" tegur mama, sambil menuangkan susu ke dalam gelasku.Aku menguap, menandakan ruhku belum sepenuhnya terkumpul. Kutolehkan wajahku ke arah Lily dan mendapatinya melotot ke arahku. Aku tidak mempedulikannya, melanjutkan makanku. "Aku tidak peduli jika Lily telat. Itu bukan urusanku. Lagipula, sekolahku dan sekolahnya sangat jauh. Jadi, tidak masalah bagiku untuk pergi naik bus sendirian.""Amy! Jaga mulutmu!" giliran ayah yang menegurku.Lagi-lagi, aku menggerutu pelan. Buru-buru kuhabiskan makananku dan menggemblok tasku. "Aku berangkat!""Hei, bagaimana denganku?" tanya Lily."Ayolah, kau sudah berumur 13 tahun, Lils. Belajarlah untuk berangkat sendiri, jangan manja seperti umur 3 tahun."Setelah mengatakan hal itu, aku berjalan menuju halte bus. Sampai disana, aku duduk di kursi yang tersisa di halte bus. Sambil menunggu, aku mengeluarkan novel kesukaanku dan membacanya sampai halaman ke-197. Aku memang selalu menandakannya. Jika tidak, matilah aku.
Mungkin kalian mengira aku menyukai novel remaja yang rata-rata berkisah tentang kisah cinta sang tokoh, bukan? Oh, aku bukan orang yang seperti itu. Aku lebih suka Science Fiction, Horror, dan Bioghrapy. Dan mungkin kalian mengira, aku pintar. Jawabannya, tidak.
Kenapa tidak? Karena buku novel dan buku pelajaran berbeda. Aku lebih suka membaca buku Science Fiction ketimbang membaca buku Sejarah ini itu yang membuatku pusing. Atau, aku disuruh mempelajari Matematika, lebih baik aku membaca cerita Horror karena cerita Horror dan pelajaran Matematika tidak ada bedanya.
Sekitar lima menit menunggu, akhirnya, bus yang kutunggu datang juga. Untung saja, di dalam bus hanya ada beberapa orang, jadi aku tidak perlu repot-repot mencari atau memberikan tempat duduk pada seorang lansia yang mengemis meminta tempat duduk. Itu bukanlah aku.
Tapi, kesialanku hari ini sepertinya tidak menjauh dariku. Kenapa?
"Hai, Amy!" sapa seorang nenek tua sekitar berumur 71 tahun menghampiriku. Kumohon, jangan dia, ya tuhan. Yang kumaksud dia adalah, Rose, seorang nenek tua--yang masih terlihat cantik--yang setiap aku berangkat sekolah menggunakan bus selalu menyapaku. Dan itu sungguh mengangguku karena dia tidak akan berhenti berceloteh sampai dia tiba di tempat tujuannya. Percayalah, kalian tidak akan tahan.
Being translated, please wait..
