Kiprah politik
Sukarno tampil pertama kali pada kulit muka majalah Time tanggal 23 Desember 1946 Vol. XLVIII No. 26, ilustrasi karya Boris Chaliapin untuk media asal Amerika tersebut.
Masa pergerakan nasional[sunting
Soekarno untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika dia menjadi anggota Jong Java cabang Surabaya pada tahun 1915. Bagi Soekarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-sentris dan hanya memikirkan kebudayaan saja merupakan tantangan tersendiri. Dalam rapat pleno tahunan yang diadakan Jong Java cabang Surabaya Soekarno menggemparkan sidang dengan berpidato menggunakan bahasa Jawa ngoko (kasar). Sebulan kemudian dia mencetuskan perdebatan sengit dengan menganjurkan agar surat kabar Jong Java diterbitkan dalam bahasa Melayu saja, dan bukan dalam bahasa Belanda.[18]
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC). di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada tanggal 29 Desember 1929 di Yogyakarta dan esoknya dipindahkan ke Bandung, untuk dijebloskan ke Penjara Banceuy. Pada tahun 1930 ia dipindahkan ke Sukamiskin dan di pengadilan Landraad Bandung 18 Desember 1930 ia membacakan pledoinya yang fenomenal Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan.
Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu.
Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Masa penjajahan Jepang
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak memerhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan" keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memerhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur, dan lain-lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional bekerja sama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerja sama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.
Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri.
Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang, antara lain dalam kasus romusha.
Masa Perang Revolusi
Ruang tamu rumah persembunyian Bung Karno di Rengasdengklok.
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Results (
German) 1:
[Copy]Copied!
Politische PartizipationSukarno erscheint zuerst auf die Gesichtshaut Time Magazine 23. Dezember 1946, Bd. XLVIII, Nr. 26, die Abbildung-Arbeit von Boris Chaliapin an amerikanischen Medien.Periode Nationalbewegung [BearbeitenSukarno wurde zum ersten Mal er Mitglied der Jong Java Surabaya Zweig 1915 wurde berühmt. Für Unternehmen, daß Sukarno Eigenschaften Java-zentrierte und nur der Gedanke an Kultur allein ist eine Herausforderung, die alle eine eigene. Im Plenum gehalten Jong Java Surabaya Sukarno turbulenten Studie mit Javanisch adressiert spirituelle Geschichte mit einen (groben). Einen Monat später löste er eine heftige Debatte mit empfiehlt die Zeitungen Jong Java in der malaiischen Sprache nur und nicht in der Sprache der Niederlande verlegt. [18]1926 gründete Sukarno der Algemeene Studie Club (ASC). in Bandung, die Inspiration durch Indonesische Studie Club von Dr. Sutomo verursacht wurde. Diese Organisation wurde der Vorläufer der nationalen Partei Indonesiens, die 1927 gegründet wurde. Darüber hinaus fing führte dies zur Sukarnos Aktivität Niederlande am 29. Dezember 1929 in Yogyakarta und am nächsten Tag zog nach Bandung, für Banceuy ins Gefängnis geworfen. 1930 zog er nach Sukamiskin und im Gericht von Bandung Landraad 18. Dezember 1930 er Vorlesen der phänomenalen Pledoinya Indonesien Sues, bis am 31. Dezember 1931 erneut freigegeben.Im Juli 1932 trat Sukarno Indonesien (Partindo), die den Bruch der Addition ist. Sukarno wurde im August 1933 wieder verhaftet und nach Flores verbannt wurde. Hier wurde Sukarno durch die nationalen Zahlen fast vergessen. Aber sein Geist war noch schwelenden wie angedeutet in jeden Brief zu einem Lehrer der islamischen Einheit namens Ahmad Hasan.1938 bis 1942 wurde Sukarno nach der Provinz Bengkulu verbannt.1942 kehrte Sukarno kostenlos unter Kolonialherrschaft Japan.Kolonialherrschaft JapanIn der frühen Kolonialzeit von Japan (1942 – 1945) hatte die Regierung Japans Indonesien Bewegung Abbildungen in erster Linie um "seine Existenz in Indonesien zu sichern" nicht bemerkt. Die Bewegung der 3A mit Tewje Shimizu und Mr-Fly unbeliebter betrachtet.Aber am Ende die Regierung die Besetzung Japans bemerkt und gleichzeitig Indonesien Sukarno und Mohammad Hatta in den Organisationen und Agenturen der Einrichtung verwenden, um die Herzen der Einwohner Indonesiens zu gewinnen. Erwähnt in verschiedenen Organisationen wie der Java-Hokokai, das Zentrum der Volksmacht (Putera) und die PPKI BPUPKI, Figuren wie Sukarno und Hatta, Ki Hajar Dewantara, k.h. Mas Mansyur andere erwähnt und Aussehen so aktiv. Und schließlich die nationalen Zahlen zusammen mit der Regierung der Besetzung Japans, die Unabhängigkeit von Indonesien, zu erreichen, obwohl einige Untergrundbewegung wie Sutan Syahrir und Amir Sjarifuddin tun, weil Japan ein gefährlicher Faschist gilt.Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerja sama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok.Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri.Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang, antara lain dalam kasus romusha.Masa Perang Revolusi Ruang tamu rumah persembunyian Bung Karno di Rengasdengklok.Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Being translated, please wait..
