Upacara munggah molo dimulai dengan

Upacara munggah molo dimulai dengan begadang pada malam sebelumnya. Menggelar selamatan dengan nasi tumpeng, gudangan, jajanan pasar lengkap, telur rebus, berjenis jenis bubur, serta ingkung yang sepaket dengan nasi gurih. Kerabat, tetangga, dan para tukang akan berdoa terlebih dahulu sebelum memakan dan membagikan secara merata. Puncak ritual munggah molo adalah pemancangan paku emas di kayu blandar yang sebelumnya telah digantungi bendera merah putih, seikat padi, serta sebatang tebu merah.
Dibandingkan kebudayaan-kebudayaan yang ada di seberang dunia, mungkin kebudayaan jawa adalah yang paling menghormati dan menyakralkan rumah. Bagi orang jawa, rumah adalah miniatur alam semesta. Miniatur makro kromos.
Rupanya, ini tujuan Kang Trimo menemui Ali. Tujuan yang tak bisa dianggap main-main. Itulah mengapa Kang Trimo membuka kalimatnya dengan permintaan maaf. Dalam etika jawa, ketika seseorang membutuhkan jasa orang lain, maka dia sepatutnya datang ke rumah orang yang mau dimintai jasa. Tak bisa di sembarang tempat. Tidak bagus
“Mengapa harus saya pak?” memangnya pak Rois kemana?
Ritual munggah molo biasanya dipimpin oleh seorang kaum yang hafalan berlarik-larik doa. Warga sangat meyakini suara seseorang kaum yang paling didengar oleh tuhan.
“itulah pak ngali. Mbah pawiro Kasan lagi sakit sementara putranya baru buruh ke kota.”
Ali menarik nafas dalam-dalam. Baginya, ini bukanlah perkara yang mudah. Memimpin ritual munggah molo sungguh suatu hal yang baru. Ditambah lagi fakta bahwa dalam ritual ini masih kental dengan aroma khurafat. Masih kental kesyirikan. Namun, dia siap. Ali telah menguatkan niatnya untuk menerima tawaran itu. Secara emosional , dia mempunyai kedekatan dengan tradisi jawa. Dia lahir dan tumbuh berkembang di jawa. Jadi walaupun sama sekali belum pernah memimpin ritual munggah molo, dia yakin mampu melaksanakannya. Dalam batas-batas tertentu, memimpin ritual munggah molo malah dianggapnya sebagai sebuah kesempatan untuk meluruskan hal-hal yang selama ini telah salah tafsir di masyarakat.
“InsyaAllah kang. Saya usahakan.” Seperti biasa Ali berbicara dengan diiringi seulas senyum yang menyejukkan.

Results (English) 1:

Ceremony munggah molo began with staying up the night before. Deploying celebrate with rice, tumpeng gudangan, complete market hawker, a boiled egg, a type of porridge, as well as ingkung that comes bundled with savory rice. Relatives, neighbors, and the workers will pray first before consuming and distributing it evenly. The Summit ritual munggah molo is piling the gold nails on wood blandar previously red-white flag with hangings, rice, as well as a bundle of sugarcane red.Compared to the existing cultures across the world, possibly of Javanese culture is the most respectful and menyakralkan home. For the people of Java, the House is a miniature of the universe. Miniature kromos macro.Apparently, this purpose Kang Trimo met Ali. The goal could not be considered to be playful. That's why Kang Trimo opened his sentence with an apology. In the ethics of Java, when someone requires the service of other people, then he should come to the home of people who want to asked for the service. Could not be in any place. Not good "Why should I do Sir?" Indeed, Mr. Rois where?The ritual munggah molo is usually headed by a people who memorized a prayer berlarik-larik. The citizens are very convinced of the person's voice the most heard by God. "that's Mr. ngali. Mbah pawiro Kasan again ill while her son new workers to the city. "Ali draws breath deeply. For him, this is not an easy matter. The lead is indeed a molo munggah rituals are nothing new. Plus the fact that in this ritual is still thick with the scent of khurafat. Condensed still shirk. However, he was ready. Ali has strengthened his intention to accept the offer. Emotionally, he has a closeness with Javanese tradition. He was born and grown in Java. So although altogether have never led the ritual munggah molo, he sure was able to carry it out. In a certain boundaries, lead the rituals munggah molo instead he deems as an opportunity to straighten out things that have been misinterpretations in the community."God willing the kang. I try. " As usual Ali spoke with seulas cool smile.